Ketika Cinta Menjadi Jerat: Menguak Kekerasan dalam Pacaran
Pacaran seharusnya menjadi fase yang indah, penuh pengertian dan dukungan timbal balik. Namun, tak jarang di baliknya tersimpan realitas kelam: kekerasan dalam pacaran (KDP). Fenomena ini bukan sekadar pertengkaran biasa, melainkan pola perilaku agresif yang dilakukan oleh salah satu pasangan untuk mendominasi dan mengontrol yang lain.
KDP tidak selalu berbentuk fisik. Ia bisa berupa kekerasan verbal (merendahkan, menghina, mengancam), emosional (memanipulasi, membuat merasa bersalah, mengisolasi dari teman/keluarga), hingga kontrol berlebihan (melarang ini itu, memeriksa ponsel, membatasi gerak). Pelaku seringkali manipulatif, membuat korban merasa bersalah atau bahkan mencintai "lebih dalam" karena janji palsu untuk berubah.
Dampak pada korban sangat mendalam. Mereka sering mengalami kecemasan, depresi, rasa takut, rendah diri, hingga kehilangan kepercayaan diri. Lingkaran kekerasan ini membuat korban merasa terjebak, malu, dan takut untuk bersuara, seringkali karena ancaman atau harapan palsu bahwa pasangan akan berubah. Mereka mungkin merasa ini adalah "cinta", padahal sesungguhnya adalah jerat yang perlahan merenggut kebahagiaan dan harga diri.
Penting untuk diingat: Anda tidak sendiri, dan kekerasan ini BUKAN salah Anda. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menjadi korban KDP, langkah pertama adalah mengenali pola tersebut dan mencari bantuan. Bicaralah pada orang yang Anda percaya (teman, keluarga, konselor, psikolog), atau hubungi lembaga bantuan yang khusus menangani kekerasan. Prioritaskan keselamatan diri Anda.
Jangan biarkan "cinta" berbalut luka ini terus merenggut hidup Anda. Beranilah bersuara, putuskan rantai kekerasan, dan raih kembali kebahagiaan serta hubungan yang sehat dan saling menghargai.












